PT DI Beralih ke Produksi Helikoopter EC-725 Cougar

on Wednesday, March 27, 2013

27 Maret 2013


Produksi helikopter Super Puma di PT DI (photo : audrey)

Tinggalkan Super Puma, PT DI Buat Helikopter Berteknologi Tinggi

Langkawi - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) tidak lagi memproduksi helikopter mewah dan canggih Super Puma NAS332C1. BUMN ini sedang memproduksi helikopter berteknologi tinggi dan lebih canggih yakni EC-725-Cougar.

"Kita tidak lagi produksi Super Puma, kita tinggalkan itu. Memang Super Puma ini saja helikopternya canggih, sekelas Mercy kalau di merek mobil," ucap Direktur Utama PT DI Budi Santoso ditemui di 12th Langkawi International Maritime & Exhibition 2013 (LIMA '13), Malaysia, Selasa (26/3/2013).

Dikatakan Budi, saat ini sudah ada helikopter bertekonolgi yang lebih baru lagi yakni Helikopter Cougar yang jauh lebih canggih.

"Kita sekarang memproduksi Cougar EC-725, tekonologi dan peralatannya jauh lebih bagus dibandingkan Super Puma. Ya seperti mobil kijang, kan dari kapsul makin tahun ada pembaruan. Nah Cougar ini generasi terbaru helikopter di kelas heavy," ungkap Budi.

Diakui Budi, helikopter Cougar ini memang tidak 100% buatan PT DI sendiri. "Justru Cougar ini lisensinya dan desainnya punya EuroCopter, sama seperti Super Puma yang punya Eurocopter, tapi dari desain menuju produksi kami yang melakukan, seperti pembuatan hampir seluruh bagian badan helikopter seperti fuselage and tail boom," terangnya.

Saat ini PT DI sedang mengerjakan 6 helikopter Cougar pesanan TNI yang rencananya akan selesai dikerjakan pada 2014.

(Detik)

View the Original article

Indonesia Segera Buat 'Fuse' Bom Sukhoi Sendiri

on Tuesday, March 26, 2013

25 Maret 2013

Indonesia ditarget segera bisa membuat fuse atau pemantik bom P-100 live utk Sukhoi. (photo : Kompas)

MALANG, KOMPAS.com — Indonesia ditargetkan segera bisa membuat fuse (pemantik) bom P-100 Live untuk pesawat Sukhoi. Fuse adalah pemantik untuk mengarahkan bom pada sasaran.

"Saat ini PT Dahana (BUMN) dan PT Sari Bahari (swasta) sedang bekerja sama dengan Bulgaria untuk transfer ilmu membuat pemantik bom P-100 untuk pesawat Shukoi. Kita belum bisa membuat fuse-nya, hanya bisa membuat bomnya. Nanti kalau teknologi fuse bisa kita kuasai, kita bisa buat bom Sukhoi sendiri," ujar Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan  Pos M Hutabarat, Senin (25/3/2013) di Malang.

Diharapkan, setelah tahun 2014 Indonesia bisa membuat fuse Sukhoi sendiri. Ini karena setelah 2014 Indonesia akan memiliki satu skuadron pesawat Sukhoi. Saat ini Indonesia baru memiliki 10 pesawat Sukhoi.

(Kompas)

View the Original article

Smoke Warhead Buatan Indonesia Ungguli AS-Rusia

on Sunday, March 24, 2013

24 Maret 2013


Smoke warhead bauatan PT Sari Bahari (photo : Sari Bahari)

MALANG – Sebanyak 260 unit kepala roket jenis smoke warhead segera diekspor ke Chile akhir bulan  Maret  ini. Menariknya, produk alutsista (alat utama sistem senjata) ini  dibuat dan diproduksi oleh  PT. Sari Bahari dari Ngalam. 

“Ini eskpor pertama kami keluar negeri, setelah kami  mulai memproduksi selongsong bom dan beberapa alutsista lain dengan mandiri sejak  tahun 2010 lalu. Jika Chile merasa  puas segera akan ada MoU untuk kerjasama tetap dan berkelanjutan dengan kami,” kata pemilik Sari Bahari, Ir. Ricky Bahari seperti dilansir Malang Post (JPNN Group), Minggu (24/3). 

Ditambahkan, produsen alutsista yang menjadi mitra PT.Pindad sejak 10 tahun terahir ini berhasil memasarkan kepala roket latih jenis smoke warhead setelah mengikuti pameran Indo Defence di Jakarta  bulan November lalu. Produknya  mengalahkan produk serupa buatan pabrikan berbagai negara maju diantaranya Amerika Serikat  dan Rusia.“ Ini adalah prestasi pertama kami.  Kami saat ini juga sedang melakukan negosiasi dengan beberapa negara lain. Produk kami  dapat diterima oleh mereka karena harga lebih hemat dan  kualitasnya juga lebih baik,” katanya optimis.

Dipaparkan bahwa smoke warhead adalah kepala roket dengan diameter 70 mm dan cocok dipasangkan dengan roket pasangan pesawat seperti Super Tucano. Smoke warhead memberikan informasi pada pilot tentang posisi persis jatuhnya roket mereka. “Ketika roket menyentuh tanah, kepala roket milik kami akan lepas dan mengeluarkan asap selama 2 menit. Itu waktu yang cukup bagi pilot untuk memutar haluan pesawat dan kembali melihat letak roket jatuh, karena ini adalah kepala roket untuk latihan,” lanjut alumnus SI Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ini.

Lebih lanjut, Ricky Bahari menuturkan bahwa produk tersebut sudah diproduksi sejak tahun 2000 untuk memenuhi pesanan TNI. Bahkan, sudah lebih dari 3000 smoke warhead yang dipesan TNI. ‘’Sedangkan yang baru  mulai dibeli oleh luar negeri. TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) sekitar 40 persen. Bahan baku memang  ada yang impor, tetapi desain dan pembuatanya 100 persen dalam negeri,” bebernya.

Dengan jumlah pekerja sekitar 80 orang, PT Sari Bahari mampu memproduksi hingga 150 pieces smoke warhead setiap harinya. Seluruh pekerja ditempat usaha tersebut adalah penduduk sekitar Jalan  Muharto. “Kami sudah berekanan dengan PT. Pindad selama puluhan tahun. Kami juga sudah mengantongi sertifikat dari Dislitbang TNI-AU  untuk seluruh kepala roket dan kasing yang kami produksi. Jadi walaupun produk lokal tetap tersertifikasi nasional dan sekarang juga diakui internasional,” ucapnya.

Selain Smoke Warhead, PT Sari Bahari juga memproduksi beberapa selongsong bom jenis areal bombing, bom yang dijatuhkan dari udara. Ada P-100 (practice) untuk latihan dengan bobot 100 kilogram, bom P-100 (live) untuk amunisi perang, bom P-25  (practice), folding fin for motor rocket ffar 70 ml. Seluruh produk tersebut dipamerkan di dalam bengkelnya. Khusus untuk bom live atau perang, bom dilengkapi dengan amunisi di dalam roket. 

Isi peledak di dalam bom tidak dikerjakan oleh Sari Bahari. Perusahaan yang diberi nama merujuk pada profesi ayah Ricky yang seorang perwira dari TNI-AL, akan mengirim kasing untuk diisi bahan peledak oleh PT Dahana, salah satu BUMN yang bergerak di bidang material energi tinggi. Kasing bom yang memiliki bentuk tidak lancip dibagian hulu ledak tersebut, memiliki radius ledakan hingga 300 meter jika telah di isi bahan peledak.

 “Bom ini jenis high drag, ujungnya tidak lancip agar memiliki kecepatan tinggi untuk jatuh ke tanah. Kami juga tidak memproduksi bahan peledak di sini. Kasing di kirim ke PT. Dahana di Subang kemudian masuk ke Depo di Madiun , jadi aman,” tandasnya. Uniknya, seluruh bom latihan atau practice buatan Sari Bahari dilengkapi dengan asap ketika menyentuh target, “ fungsinya jelas, untuk melihat keakuratan tembakan. Apakah jatuh tepat dengan target atau tidak,”  tutupnya.  (pit/nug) 

(JPNN)

View the Original article

Uji Terima Senjata Anti Tank NLAW Produk Inggris

on Saturday, March 23, 2013

21 Maret 2013


NLAW adalah senjata anti tank produksi Swedia yang dipasarkan ke Indonesia oleh Inggris (all photos : Pusdikif)

Pada hari Rabu tanggal 20 Maret 2013 di Pusdikpassus - Batujajar - Bandung Barat telah dilaksanakan kegiatan Uji Terima Rudal Anti Tank Guided Misille [NLAW] produk Inggris dihadiri oleh pejabat dari jajaran TNI AD yang berkaitan langsung dengan uji terima Rudal Anti Tank yang berjalan dengan aman, tertib dan lancar. 



Uji Terima Rudal Anti Tank Guided Misille dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan Alutsista Satuan Batalyon Infanteri jajaran TNI Angkatan Darat, dengan demikian satuan Infanteri jajaran TNI Angkatan Darat memiliki daya tempur yang sangat tinggi dalam rangka mendukung tugas pokok TNI Angkatan Darat.

(PusdikInfanteri)

View the Original article

Indonesia to Buy a Squadron More Sukhoi

on Thursday, March 21, 2013

20 Maret 2013


 The plan was to buy as many as 16 more Russian Sukhoi fighter jets (photo : Vivanews)

Indonesia to buy more Russian jet fighters, patrol ships


(Reuters) - Indonesia plans to buy more than a dozen Russian Sukhoi fighter jets and domestically made, missile-equipped patrol ships as part of a $15 billion five-year campaign to modernise its military, defence officials said on Wednesday.

Southeast Asia's largest economy has sharply increased its defence budget since 2010 as the military looks to bolster its capacity to protect shipping lanes, ports and maritime boundaries.

Indonesia is also wary of being left behind as China, Singapore, Vietnam, Thailand and other Asian nations ramp up defence spending.

Defence Minister Purnomo Yusgiantoro said Indonesia wanted to buy a full squadron of the Sukhoi fighter jets and the patrol boats.

He also warned delegates at a military conference that rapidly increasing military spending and stronger defence capabilities in the region could sow distrust and fuel rivalry.

"If this is not accompanied by enhanced transparency that improves trust and confidence, it could run the risk of an arms race that adversely impacts on peace and stability," he said.

Another Indonesian military official said the plan was to buy as many as 16 more Russian Sukhoi fighter jets, 17 patrol vessels, three light frigates and an undisclosed number of tanks and missiles.

Indonesia also planned to upgrade a squadron of U.S.-made F-16s. Indonesia already has more than 10 Sukhoi jets.

Last October, the Defence Ministry said it was set to buy 130 Leopard 2 tanks from Rheinmetall AG of Germany worth a total of $280 million.

Indonesia, a vast nation of islands with key sea lanes and 54,700 km (34,000 miles) of coast, has also ordered three submarines from South Korea to expand its fleet to five.

Defence spending in 2012 stood at 72.5 trillion rupiah ($7.54 billion), up 30 percent from 2011. It is expected to rise to 77.7 trillion rupiah in 2013.

(Reuters)

View the Original article

PT Pindad dan TNI AD Kembangkan 'Gatling Gun'

on

20 Maret 2013


Gatling gun yang dikembangkan oleh TNI AD-Pindad (photo : Defense Studies)

JAKARTA, KOMPAS.com —  Salah satu alat yang menarik perhatian pengunjung Jakarta International Defence Dialog (JIDD) adalah gattling gun yang dipamerkan di stan Kementerian Pertahanan. Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao bahkan sempat melongok melihat-lihat laras kaliber 7.56.

Dirut PT Pindad Adik Avianto mengatakan, saat ini gattling gun itu memang masih dalam fase prototipe. Uji statis telah selesai dilaksanakan. Dalam waktu dekat akan diadakan uji dinamik. Senjata ini bisa memuntahkan peluru dengan kecepatan 3.000 butir per menit. Kecepatan itu untuk mengimbangi kecepatan alat yang membawanya seperti helikopter serbu atau kapal perang.

Menurut Adik, proyek ini berasal dari pengembangan Litbang TNI AD. Sesuai dengan perencanaan dan doktrin, di waktu-waktu mendatang, dibutuhkan senjata seperti ini. "Jadi kalau ke depan kita pengadaan, Pindad sudah bisa menyediakan," kata Adik.

(Kompas)

View the Original article

SIPRI Report : Transfer Persenjataan ke Indonesia 2012

on Wednesday, March 20, 2013

19 Maret 2013

Persenjataan pesawat tempur Sukhoi Indonesia (photo : Kaskus Militer)


Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) adalah lembaga independen internasional yang didedikasikan untuk penelitian konflik, persenjataan, pengawasan senjata dan perlucutan senjata . Organisasi ini didirikan tahun 1966, dan sekarang bermarkas di Solna, Swedia.

Laporan SIPRI yang diterbitkan pada triwulan pertama tahun 2013 memuat juga mengenai transfer persenjataan baik baru maupun second, laporan didasarkan pada Trade Register United Nations, sebagaimana diketahui semua negara anggota PBB diwajibkan melaporkan transaksi/transfer persenjataan ke negara lain sehingga perdagangan senjata secara ilegal dapat diminimalisir.

Berikut ini adalah transfer persenjataan yang terdaftar khusus untuk kawasan ASEAN dan Oceania. Disajikan secara serial. Hal-hal khusus akan diberikan tambahan artikel.

Pembelian Rudal Udara dari Rusia

SIPRI melaporkan bahwa Indonesia telah memesan sejumlah rudal udara untuk melengkapi skadron pesawat tempur Sukhoi Su-27/30 yang dimilikinya.

Pembelian paket persenjataan rudal udara ini meliputi rudal AAM R-77/AA-12 Adder,  ASM Kh-29/AS-14 Kedge, Kh-31/AS-17 dan Kh-59/AS-18 Kazoo dan ARM Kh-31P. Uniknya dalam paket pembelian ini adalah pada rudal udara ke udara hanya satu versi rudal yang dibeli yaitu rudal jarak jauh/BVR AAM.

Tidak terlihat pembelian rudal udara ke udara jarak pendek maupun jarak sedang, namun jawaban pertanyaan ini dapat ditemukan bila kita melihat transaksi pada tahun 2011. Terlihat bahwa Indonesia mengakuisisi 75 unit AAM R-73/AA-11 Archer yang merupakan rudal jarak pendek.

Bila kita melihat negara-negara lain di kawasan ini, maka terlihat bahwa rudal udara ke udara berkemampuan BVR bukan merupakan barang mewah lagi, karena negara lain di kawasan : Australia, Singapore, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Myanmar juga telah menggunakan rudal tipe ini.









(SIPRI)


View the Original article

Indonesia - Belarus Sepakat Produksi Remote Weapon System

on

19 Maret 2013


RWS Adunok buatan KB Display Belarusia dalam pameran Interpolitex 2011 (photo : Militaryphotos)

Jakarta, (Antara Sumbar) - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia dan Belarus sepakat untuk memproduksi bersama pengendali atau remote control untuk senjata yang akan dipasangkan di Panser Anoa produksi PT Pindad.

Menurut Purnomo, kerja sama tersebut dipayungi dalam nota kesepahaman bersama yang telah ditandatangani dirinya dengan Ketua Komite Industri Militer Negara Belarus Sergei Gurulev di Istana merdeka, Jakarta, Selasa.

"Yang barusan itu ''joint production'' (produksi bersama) ''remote weapon system (RWS)'' untuk dipakai di Panser Anoa," katanya.

Ia mengatakan, selama ini ''remote control'' tersebut dibeli dari Belarusia, dengan adanya kerja sama ini nantinya akan diproduksi bersama antara Indonesia dengan Belarus.

"Jadi nilai tambah untuk kita, kita bisa buka lapangan kerja, investasi bersama," katanya.


RWS hasil riset TNI AD yang dipamerkan dalam Indodefence 2012 (photo : Defense Studies)

Selain itu, menurut dia, peningkatan kerja sama untuk industri pertahanan ke depan dapat ditingkatkan. Selain produksi bersama ''remote control weapon station (RCWS)", menurut Purnomo juga dapat ditingkatkan untuk produksi kendaraan pengangkut tank yang dapat mengangkut dua tank dan ''anti tank guide missile''.

Ia menambahkan, Belarus memiliki kemampuan penguasaan dalam teknologi senjata sebagai salah satu pecahan dari Uni Soviet. "Jadi dulu sebelum Uni Soviet pecah, ada industrinya itu di berbagai tempat. Nah di Belarus ini ada juga industri pertahanan mereka," katanya.


Sementara itu Presiden Direktur Pindad Adik A Soedarsono mengatakan, "remote weapon system" yang akan diproduksi tersebut akan dibenamkan di Panser Anoa sehingga dapat mengendalikan senjata dari dalam Panser.

"Jadi nanti di Anoa itu tidak usah ada orang di atasnya. Itu produksinya di Pindad," katanya.

(Antara)

View the Original article

Modernisasi KRI Karang Pilang-981 Koarmatim

on Monday, March 18, 2013

18 Maret 2013


KRI Karang Pilang 981 (photo : Kaskus)

Untuk mendukung blue print TNI Angkatan Laut tahun 2014 menuju Minimum Essential Force (MEF), Koarmatim melakukan modernisasi unsur-unsur yang berada dibawah jajarannya. Salah satu unsur tersebut adalah KRI Karang Pilang-981 yang berada dijajaran Satuan Kapal Bantu (Satban) Koarmatim. Modernisasi yang dilakukan meliputi penggantian sistem pendorongan  (propulsi), perbaikan interior kapal serta persenjataannya dengan menambah dua pucuk meriam kaliber 20mm. Perbaikan ini dilakukan di DockShip Lift Divisi Kapal Perang PT. PAL

KRI Karang Pilang akan ditambah persenjataan dengan dua meriam kaliber 20mm (photo : Armada Timur)

Dalam perbaikan ini sistem permesinan KRI Karang Pilang yang tadinya menggunakan empat Mesin Pendorong Pokok (MPK) bertenaga Water Jet direvitalisasi menjadi dua MPK Shaft Propeler. Dengan adanya penggantian sistem pendorong pokok ini secara teknis dapat mengurangi laju kecepatan kapal, namun disisi lain dari segi operasional sangat positif dalam efisiensi bahan bakar.Memang dengan dua MPK Shaft Propelerkecepatan kapal akan turun dari 40 knot menjadi 18 knot, namun dari segi pemakaian bahan bakar dapat menghemat pemakaian dari 2 ton per jam menjadi 2 ton per hari.


KRI Karang Pilang sewaktu masih jadi feri cepat KM Ambulu (photo : ASDP)

Melihat sejarah KRI Karang Pilang-981,awalnya adalah kapal penumpang milik PT. Pelni dengan nama KM. Ambulu, dibuat pada tahun 1996 di galangan kapal Lurrsen Jerman. Kemudian pada tanggal 07 April 2006 kapal tersebut dihibahkan ke Angkatan Laut dan dipercayakan memperkuat jajaran Satban Koarmatim.Kapal perang ini sangat efektif dalam melaksanakan opersi tempur laut, hal ini disebabkan oleh bangunan kapal perang terbuat dari aluminium, yang sulit dideteksi oleh radar kapal perang musuh. Dominasi platform kapal dari alminiumsecara teknis jika terdeteksi radar kapal perang musuh, akan tampak samar. Hal itu dapat dijadikan sebagai sarana kamuflase dan pengelabuahan terhadap lawan.

Di jajaran Koarmatim,KRI Karang Pilang memilki fungsi sebagai Kapal Cepat Angkut Personel (KCP), diawakai sekitar 30 personel dengan Komandan Mayor Laut (P) Basuki Mulyo Wibowo. Kapal ini naik dock PT. PALpada tanggal 19 Februari 2013, dan sempat ditinjau oleh Irjen TNI Letnan Jenderal TNI Gerhan Lantara, Rabu (13/3) kemarin.

(Armada Timur)

View the Original article

PT DI Serahkan 6 Helikopter Bersenjata ke TNI AD

on Saturday, March 16, 2013

15 Maret 2013


Untuk meningkatkan kinerja dan tugas-tugas TNI Angkatan Darat di lapangan, PT Dirgantara Indonesia (DI) menyerahkan sebanyak enam unit helikopter angkut tipe Bell-421 EP kepada Kementerian Pertahanan RI, dengan nilai keseluruhan 65 juta USD. Proses penyerahan alutsista tersebut dilakukan di hanggar Rotary Wing PT DI, Jalan Pajajaran Kota Bandung, Jumat (15/3/2013). (photo : Kompas)

TNI AD Terima Enam Helikopter Angkut


BANDUNG, KOMPAS.com - Untuk meningkatkan kinerja dan tugas-tugas TNI Angkatan Darat di lapangan, PT Dirgantara Indonesia (DI) menyerahkan enam unit helikopter angkut tipe Bell-421 EP kepada Kementerian Pertahanan RI. Proses penyerahan alutsista tersebut dilakukan di hanggar Rotary Wing PT DI Jalan Pajajaran Kota Bandung, Jumat (15/3/2013).

Dari data yang diperoleh Kompas.com, penyerahan enam unit helikopter tersebut didasarkan pada kontrak jual beli No. TRAK/145/PLN/III/2012/AD tertanggal 6 Maret 2012, antara Kemenhan dan PTDI dengan sumber dana berasal dari Fasilitas Kredit Ekspor TA 2009.

"Semoga dengan penyerahan enam helikopter ini akan membawa pengaruh besar bagi kemampuan TNI, khususnya TNI AD dalam menghadapi tugas-tugas yang semakin berat," kata Direktur Utama PT DI Budi Santoso saat ditemui di tempat penyerahan.

Sementara itu, Budi juga mengatakan kalau perakitan enam helikopter yang mayoritas komponennya masih dibawah lisensi Bell Tektron USA ini dipercepat sebelum masa tenggat waktu November 2013.

"Enam helikopter ini sebenarnya akan diserahkan September, Oktober dan November 2013. Tapi kami terpaksa lembur karena permintaan dipercepat demi mendukung rencana latihan gabungan TNI," beber Budi.

Di tempat yang sama, Kepala Branahan Kemhan RI Laksamana Muda TNI Rachmad Lubis mengatakan dengan diserahkannya enam helikopter itu sebelum waktu yang ditentukan, telah membuktikan kemampuan industri alat pertahanan dalam negeri bisa bersaing dengan produk luar negeri.

"Kita juga ingin meminimalkan ketergantungan kita terhadap alutsista dari luar negeri. Kami juga mendukung PT DI untuk meningkatkan profesionalisme sehingga bisa bersaing dengan produk luar negeri," ujar dia.

Sementara itu, Wakasad Letjen TNI Moeldoko mengatakan enam heli tersebut akan dimanfaatkan untuk menambah kekurangan alutsista di empat skuadron yaitu Skuadron 11 Serbu, Skuadron 12 Serbu, Skuadron 21 Serbu dan Skuadron 31 Serbu.

"Karena jenisnya yang bisa dimanfaatkan sebagai alat serbu maka heli ini akan melengkapi jumlah alutsista heli yang kita miliki sekarang, yang baru berjumlah 23, yaitu 15 heli serang dan delapan armada serbu," ujarnya.

Ketika ditanya soal target, Moeldoko mengatakan kalau TNI AD memiliki rencana untuk melengkapi setiap skuadron dengan 12 heli serbu.

(Kompas)

Baca Juga :

Enam Heli TNI AD yang Baru Itu Senilai Rp 624 Miliar


BANDUNG, KOMPAS.com -- Enam helikopter jenis Bell-412 EP diserahkan PT. Dirgantara Indonesia (DI) kepada Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI, Jumat (15/3/2013). Keenam helikopter pesanan Kemenhan yang masuk kontrak jual dengan Nomor TRAK/145/PLN/III/2012/AD tanggal 6 Maret 2012 itu harganya senilai 65 juta dolar AS atau setara dengan Rp 624 miliar. Satu unit helikopter dinilai Rp 104 miliar karena dilengkapi senapan mesin otomatis.

Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI), Budi Santoso menjelaskan, tingginya harga enam helikopter tersebut dikarenakan masih berada dalam lisensi Bell Tekstron USA sehingga komponennya didatangkan dari negeri Paman Sam.

"Harga enam helikopter itu sudah termasuk dengan senapan mesin otomatis. Heli ini juga spek mesinnya lebih tangguh dari tujuh heli yang sudah kita kirim sebelumnya 2012 lalu. Jadi kita sudah kirim 13 helikopter untuk TNI AD," kata Budi Santoso saat konferensi pers di Hanggar Rotary PT DI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jumat (15/3/2013).

Selain enam helikopter dengan kemampuan angkut hingga 13 orang itu, Budi mengatakan, PT DI dan Kemenhan juga telah menandatangani perjanjian kerjasama untuk menyelesaikan pesanan helikopter sejenis sebanyak 16 unit dengan masa kontrak hingga 2014 dengan nilai 170 juta dolar AS.

"Tapi kemampuan kita hanya sanggup menyelesaikan enam unit setiap tahunnya," ujar Budi.

Di tempat yang sama, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Moeldoko mengamini permintaan alutsista tersebut. Menurutnya, PT DI diharapkan mampu menyelesaikan seluruh kebutuhan alutsista TNI AD di empat skuadron, meski diakuinya jumlah 16 heli sisanya belum mampu menutupi kebutuhan TNI AD.

"Untuk total heli yang kita butuhkan sebenarnya mencapai 33 unit, dan baru 13 dengan yang enam ini. Kalau berangan-angan, TNI AD sebenarnya ingin mendatangkan alutsista jenis helikopter yang modern dan lebih canggih seperti Apache ataupun Black Hawk," kata Moeldoko.

"Untuk itu kami ajak bapak DPR RI dari Komisi 1 dan juga Kemenhan agar mengetahui kebutuhan kami, semoga saja bisa diusulkan," harapnya.

Sebelumnya, untuk meningkatkan kinerja dan tugas-tugas TNI Angkatan Darat di lapangan, PT Dirgantara Indonesia (DI) menyerahkan sebanyak enam unit helikopter angkut tipe Bell-421 EP kepada Kementrian Pertahanan RI. Proses penyerahan alutsista tersebut dilakukan di hanggar Rotary Wing PT DI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jumat (15/3/2013).

Untuk perakitan enam helikopter yang mayoritas komponennya masih di bawah lisensi Bell Tekstron USA ini pun dipercepat sebelum masa tenggat waktu November 2013, dengan alasan mengejar waktu untuk latihan gabungan TNI.

(Kompas)



View the Original article

Kemhan Tanggapi atas Penundaan Proyek Pengembangan Pesawat Tempur KF-X/IF-X

on Tuesday, March 12, 2013

08 Maret 2013


KFX seri C100 dan C200 (image : EagleOwl)

Jakarta, Kementerian Pertahanan, melalui Kepala Pusat Komunikasi Publik Brigjen TNI Sisriadi, Senin (4/3) di Kantor Kemhan Jakarta memberikan keterangan tentang wacana penundaan proyek pembangunan Pesawat Generasi 4,5 Korean Fighter Xperiment yang merupakan hasil kerjasama Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) bersama dengan Korea Selatan melalui Defense Acquisition Program Administration (DAPA).

Program ini akan membutuhkan dana total sekitar US$ 5 milyar dimana share pemerintah Indonesia adalah 20 % dari total pembiayaan. Meskipun Share Pemerintah Indonesia adalah 20% dari total pembiayaan, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terlibat dalam seluruh proses perancangan dan produksi yang meliputi Technology Development Phase (TD Phase), Engineering and Manufacturing Development Phase (EMD Phase), Joint Production and Joint Marketing. Dengan Investasi sebesar ini, Indonesia akan mendapatkan 20 % dari pembuatan pesawat (Workshare) dan 20 % dari penjualan pesawat terbang.

Kapuskom Publik Kemhan menekankan, Proyek produksi bersama pesawat KFX antara Indonesia dan Korea Selatan yang telah disetujui pada tahun 2011 telah berhasil menyelesaikan tahap pertama yaitu Technology Development Phase (TD Phase) pada Desember 2012. Didalam pelaksanaan TD Phase selama 20 bulan pihak Indonesia dan Korea telah membentuk Combine R&D Centre (CRDC dan telah dikirim sebanyak 37 engineer Indonesia yang merupakan kerjasama kedua negara di CRDC untuk melaksanakan perancangan pesawat KF-X/IF-X).

Namun didalam perjalanan mengikuti perkembangan Politik dan Ekonomi yang sedang terjadi, Pemerintah Korea Selatan melalui surat resmi yang dikirim oleh pihak DAPA, pihak Korea berinisiatif untuk menunda pelaksanaan produksi selama 1,5 tahun. Penundaan ini disebabkan oleh belum adanya persetujuan Parlemen ROK untuk menyediakan anggaran yang diperlukan guna mendukung terlaksananya tahap EMD Phase (Engineering and Manufacturing Development Phase) Program. Dijelaskan ada tiga tahap dalam proyek pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X, tahap pertama, technical development. Kedua, engineering manufacture. Dan ketiga, pembuatan prototipe. Tahap yang ditunda adalah tahap kedua. Pada masa penundaan, pemerintah ROK akan melaksanakan Economic Feasibility Study terhadap program ini.

Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah Korea tidak akan melakukan terminasi Program Pengembangan Pesawat Tempur KF-X/IF-X, mengingat dana yang sudah dikeluarkan Pemerintah ROK sangat besar. Penekanan untuk tidak akan melakukan terminasi Program ini ditegaskan dalam Joint Committee ke-4 pada tanggal 10-11 Desember 2012 lalu.

Sementara itu bagi Pemerintah Indonesia penundaan tahap EMD program KF-X/IF-X selama 1,5 tahun (sampai dengan September 2014) akan berdampak terhadap rencana anggaran yang telah disiapkan pemerintah. Dengan adanya penundaan tahap EMD, pagu indikatif anggaran sebesar Rp. 1.1 Triliun tidak mungkin diserap sepenuhnya. Oleh karena itu pihak RI telah mengintensifkan langkah-langkah penyiapan alih teknologi dengan kegiatan antara lain Operasionalisasi DCI (Design Centre Indonesia) untuk memetakan dan mengembangkan kompetensi SDM yang telah terbentuk selama

tahap TD Phase, penguatan industry pertahanan dalam negeri yang akan terlibat dalam program ini, dan Technology Readiness (kesiapan teknologi).

Dengan penundaan ini diharapkan kesiapan Indonesia dalam program KF-X/IF-X ini akan semakin baik. Dalam kaitannya dengan dana share, pemerintah Indonesia belum mengeluarkan dana untuk Program EMD Phase ini, dana share yang sudah dianggarkan di TA. 2013 belum disalurkan.

(KemHan)

View the Original article

Kodam Tanjungpura Ujicoba Kapal Patroli Sungai

on

10 Maret 2013


Rigid Bouyancy Boat panjang 9 meter (photo : Kodam Tanjungpura)

Danrem 102/Pjg Uji Coba KMC Rigid Bouyancy Boat (RBB)

Danrem 102/Pjg Kolonel Czi Irwan didampingi Kasrem beserta para Kasi dan juga para Dan/Kabalak Aju Rem 102/Pjg pada Rabu (6/2) menghadiri pelaksanaan kegiatan uji coba KMC Rigid Bouyancy Boat (RBB) yang bertempat di Pelabuhan Rambang Palangkaraya dan dilanjutkan dengan patroli sungai di wilayah Puntun.

KMC Rigid Bouyancy Boat (RBB) merupakan Kapal cepat pengadaan dari TNI AD Tahun 2012 dan dalam penggunaanya langsung diserahkan kepada Denbekang XII-44-01 PLK. Dalam kesempatan tersebut Danden Bekang XII-44-01 PLK Letkol Cba Frans Surya Ginting menyampaikan bahwa KMC Rigid Bouyancy Boat (RBB) ini merupakan Kapal cepat yang berukuran sedang dengan panjang 9 meter, lebar 3,18 meter serta tingi 1,30 meter ysng dilengkapi dengan mesin penggerak Motor Tempel (OBM) 250 HP 4 Tak Type F 250 GTEX dan motor tempel (OBM) 250 HP 4 Tak Type FL 250 GTEX.

KMC Rigid Bouyancy Boat (RBB) berkapasitas tempat duduk 10 orang serta dilengkapi dengan peralatan yang terbilang modern seperti kelengkapan radio komunikasi, perlengkapan Navigasi yang menggunakan Satelit Global Positioning (GPS) perlengkapan listrik perlengkapan tambat serta dilengkapi juga Trailer (Trolly) dan alat keselamatan lainnya.

Dalam uji coba tersebut Danrem 102/Pjg beserta jajaran berkesempatan menaiki KMC Rigid Bouyancy Boat (RBB) bergerak menyisiri Sungai Kahayan +10 km, uji coba ini juga diikuti oleh satu regu dari anggota Yonif 631/Atg serta anggota Denbekang XII-44-01 PLK. Di akhir kegiatan Danrem 102/Pjg mengharapkan kepada anggota Denbekang XII-44-01 PLK agar supaya merawat KMC Rigid Bouyancy Boat (RBB) tersebut sehingga masa pakainya bisa lebih lama/panjang.

Selain itu Danrem memerintahkan kepada Dandim 1016/Plk dan Komandan Yonif 631/Atg untuk memanfaatkan kapal tersebut untuk patroli sungai di wilayahnya.Kegiatan uji coba dan patroli sungai berjalan tertib aman dan lancar.

(Kodam Tanjungpura)

View the Original article

Kodam I BB Dapat Sejumlah Panser Anoa

on

10 Maret 2013


Panser Anoa APS-2 (photo : Viva)

MEDAN-Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) berupa 4 unit Panser APS Anoa -2 type komando, 6 unit Kendaraan Penarik Meriam (Rik Mer) KM 250, 1 unit Ambulance serta 1 unit mobil Dinas Danrem 033, tiba di Makodam I Bukit Barisan, Jumat (8/3) sekira pukul 16.30 WIB. 

Nantinya, alat itu akan dirawat oleh Kavleri karena dinilai sebagai pihak yang sudah sangat akrab dengan peralatan buatan PT Pindad Indonesia itu. Namun, untuk Infanteri juga akan diberi pembelajaran pengoperasian alutista itu.

Dalam penyambutan alutsista itu, turut hadir sejumlah pejabat, diantaranya Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Wisjnu Ahmad Sastro, Ketua DPRD Sumut, Saleh Bangun dan Walikota Medan, Rahudman Harahap. 

Penyambutan dibuka dengan tarian khas Tapanuli Selatan serta musik Gordang Sembilan. Selanjuntya, dilakukan ritual tepung tawar terhadap alutista itu oleh para Pejabat yang hadir, secara bergantian. Bahkan, para pejabat juga dipersilahkan melihat secara dekat dan diberi keterangan detail tentang sejumlah alutsista itu.

"Dalam menjalankan tugas operasi militer perang, alutista ini sangat berguna bagi kita. Khususnya untuk wilayah Sumater Utara yang banyak daerah penyangga seperti selat Malaka serta perbatasan Indonesia dengan negara lain, bukan tidak mungkin akan ada inflasi negara asing. Oleh karena itu, semoga alutista ini dapat melindungi Bangsa dan Negara Indonesia, " ungkap Panglima Kodam I Bukit Barisan, Mayjen TNI Lodewijk F Paulus.

Selain alutisata yang sudah diterima itu, Pangdam mengatakan kalau nantinya akan datang 51 unit Panser APS-2 Anoa lagi yang akan diperuntukan bagi Batalyon lainnya. 


Truk KIA KM-250 (photo : Kaskus Militer)

Begitu juga alutista lainnya berupa rudal akan datang untuk mengisi kelengkapan persenjataan Arhanudse 11 dan 13. Bahkan, Pangdan mengaku senang karena akan kedatangan 1 flight Helikopter yang diperuntukkan langsung dari Kepala Staf Angkatan Darat TNI, sehingga semakin membantu dalam menjalankan tugas.

Tibanya alutsista itu disambut dengan tarian yang diringi musik gordang sembilan. Selanjutnya, Alutista itu ditepung tawari oleh Panglima Kodam I Bukit Barisan, Mayjen TNI Lodewijk F Paulus yang diikuti sejumlah pejabat, Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Wisjnu Ahmad Sastro, Ketua DPRD Sumut, Saleh Bangun dan Walikota Medan, Rahudman Harahap.

Sementara itu, Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Wisjnu Amad Sastro mengaku turut senang dan bangga atas datangnya alutista itu ke Kodam I Bukit Barisan.

Disebutnya, alat itu nantinya juga akan mebantu tugas Polri dalam menjalankan tugas. Karena selain tugas operasional perang, disebut Amad Satro kalau TNI juga memiliki tugas operasional selain perang. 

Bahkan orang nomor 1 di Kepolisian Daerah Sumatera Utara itu semakin yakin karena Pangdam 1 Bukit Barisan sudah menegaskan bahwa Polri juga akan diikutsertakan dalam pembelajaran pengoperasian alautista tersebut.

"Ketika kita membutuhkan alat ini, kita bisa pakai, " ungkapnya singkat.

(JPNN)

View the Original article

Wallenberg Familiy Tawarkan Kerjasama Industri Pertahanan

on

12 Maret 2013


Kementrian Pertahanan dalam waktu dekat akan merealisasikan pembelian senjata anti-tank NLAW buatan Swedia (photo : Saabgroup)

Menhan Sambut Baik Tawaran Kerjasama Industri Pertahanan Dengan Wallenberg Family

Jakarta, DMC - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Senin (11/3), menerima kunjungan kehormatan Delegasi Investor Swedia yang dipimpin oleh Group Wallenberg Family didampingi Duta Besar Swedia untuk Indonesia HE Ewa Ulrika Polano di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Kedatangannya menemui Menhan kali ini adalah bagian dari rangkaian Delegasi bertemu dengan pejabat-pejabat negara untuk mempelajari lebih lanjut mengenai Indonesia dan khusus menemui Menhan Purnomo Yusgiantoro untuk mengetahui lebih lanjut rencana pengembangan industri Alutsista dalam negeri dan rencana pengadaan Alutsista.

Menhan menyambut baik tawaran kerjasama dari Wallenberg Family dan akan mengusahakan pertemuan dengan Mabes TNI dan Mabes Angkatan sebagai pengguna Alutsista, kemungkinan-kemungkinan pengadaan Alutsista dan kerjasama industri pertahanan yang diharapkan oleh pengguna. Namun Menhan juga akan mengupayakan pertemuan dengan Dirjen Strahan mengenai kemungkinan pengembangan kebutuhan Alutsista jangka panjang yang dapat bekerjasama dengan industri pertahanan yang dimiliki oleh Wallenberg Family.

Wallenberg Family berharap dapat menjalin kerjasama industri pertahanan serta alih teknologi beberapa peralatan militer baik secara G to G maupun langsung dengan Industri Pertahanan Indonesia atau Kementerian Pertahanan. Wallenberg Family yang memiliki industri alutsista di antaranya; pesawat tempur, kapal selam, radar, misil dan lain-lainnya berharap dapat membangun kerjasama industri pertahanan untuk jangka panjang.

Saat menerima Delegasi Wallenberg Family, Menhan Purnomo Yusgiantoro didampingi oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan Laksda TNI Ir Rachmad Lubis, Staf Ahli Menhan Bidang Ekonomi Dr Ir Eddy Herjanto SE, MSc, Direktur Teknik dan Industri Ditjen Pothan Kemhan Marsma TNI Darlis Pangaribuan MSc dan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Sisriadi.

(DMC)

View the Original article

Saab AB Tawarkan Giraffe AMB dan RBS-70NG kepada TNI AD

on Thursday, March 7, 2013

05 Maret 2013


Radar Giraffe AMB dan rudal RBS-70NG (all photos : PussenArhanud)

Pada hari Rabu tanggal 27 Pebruari 2013 yang lalu Staf Dirbinlitbang Pussenarhanud menghadiri diskusi teknis yang diselenggarakan oleh Saab AB bertempat di kantor Kemhan RI. Dalam diskusi tersebut dipresentasikan beberapa sistem senjata buatan Saab AB yang dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu sistem senjata udara, darat dan laut. Untuk sistem senjata darat, yang dinilai potensial bagi satuan Arhanud adalah sistem Radar Giraffe AMB dan Sista Hanud Rudal RBS 70 NG (Next Generation) yang versi awal keduanya saat ini masih dioperasikan satuan Arhanud TNI AD.

Radar Giraffe AMB

Radar ini merupakan pengembangan dari Radar Giraffe yang saat ini masih dioperasikan TNI AD. Pengembangan signifikan pada Radar Giraffe terbaru dibandingkan Radar Giraffe yang dioperasikan TNI AD antara lain sistem deteksi Radar sudah berkemampuan 3 dimensi, memiliki kemampuan pengamatan pantai dan dapat mendeteksi RAM (roket, proyektil artileri dan mortir) pada jarak 10 s.d. 15 Km (tergantung kaliber) sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap satuan darat dengan cara memberikan peringatan situasi udara, mengaktifkan alarm saat terdapat ancaman, memberikan peringatan terhadap daerah yang akan terkena tembakan RAM dan mengkoordinasikan tindakan atas serangan RAM (sistem senjata C-RAM).

Spesifikasi teknis utama Radar Giraffe AMB sebagai berikut :

1. Parameter umum.
    a. Frekuensi gelombang : 5,4 s.d. 5,9 GHz.
    b. Jenis transmitter : TWT
2. Antena
    a. Lebar gelombang : 2,1º
    b. Tingkat side lobe rata-rata : <-50 db="" font="">
3. Mode Radar dan cakupan instrumen.
    a. Jangkauan Radar : 40/120/ (180) Km.
    b. Rata-rata putaran antena : 30/60 rpm
    c. Cakupan vertikal : >70º
    d. Ketinggian deteksi : >20.000 m
4. IFF/SSR
    a. Mode : 1, 2, 3/A, S, 4/NS
    b. Potensial : 5
5. Penjejakan sasaran
    a. Jumlah sasaran yang dijejak : 200
    b. Jumlah RAM yang dijejak : 100
6. Pelokalisir senjata mortir dan roket dalam area 360º.
    a. Jarak lokalisir : 16/20 Km.
    b. Akurasi posisi mortir : < 50 m CEP50

Berdasarkan penjelasan dari Saab, Radar Giraffe yang dioperasikan satuan Arhanud saat ini dapat di-upgrade untuk meningkatkan kemampuannya namun kemampuan deteksinya akan tetap 2 dimensi karena ada perbedaan mendasar pada sistem deteksi antara Radar 2 dimensi dengan 3 dimensi.


RBS 70 Generasi ke 4 dan RBS 70 NG

RBS 70 yang saat ini dioperasikan satuan Arhanud dapat di-upgrade menjadi generasi ke 4 dengan melakukan perubahan pada stand dan sight sehingga dapat digunakan untuk menembakkan misil BOLIDE. Namun RBS 70 NG memiliki sight yang sangat berbeda dengan generasi ke 4 sehingga RBS 70 satuan Arhanud tidak dapat di-upgrade menjadi RBS 70 NG. 

RBS 70 generasi 4 memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Dioda laser tanpa freon.
2. Dapat meluncurkan misil semua generasi termasuk BOLIDE.
3. Dilengkapi sistem pendeteksi panas (BORC).
4. Dilengkapi IFF interrogator digital (TSA1412).
5. Dilengkapi interface weapon terminal untuk C3I (TDR35).
6. Dilengkapi simulator ruangan berbasis komputer.
7. Meminimalkan kebutuhan dukungan logistik.

Sedangkan kemampuan RBS 70 NG sebagai berikut :
1. Dapat beroperasi terus menerus(24 jam dalam 7 hari)
2. Jarak deteksi yang diperjauh (menggunakan thermal imager).
3. Fungsi auto tracker yang terintegrasi (tidak perlu men-track sasaran selama misil meluncur).
4. Peningkatan daerah coverage.
5. Menggunakan kemampuan misil BOLIDE hingga 100%.
6. Meningkatkan kill probability.
7. Pengurangan berat total.
8. Pengurangan waktu pelatihan operator.
9. Konsep pemeliharaan berbasis komputer.

Sodoran Saab untuk TNI AD

Dengan mempertimbangkan kondisi RBS 70 yang dioperasikan satuan Arhanud, Saab memberikan pilihan pengembangan sebagai berikut :

1. Pilihan konfigurasi.
    a. RBS 70 klasik dengan misil Mk2E dan atau BOLIDE.
    b. RBS 70 NG baru dengan misil BOLIDE dan atau Mk.2E.

2. Kemungkinan kandungan lokal.
    a. Perpanjangan usia pakai misil Mk2.
    b. Perakitan akhir misil BOLIDE.
    c) Instalasi ke kendaraan.

Menurut penjelasan dari Saab, pihak Saab sangat terbuka terhadap transfer of technology dan berusaha membangun kemitraan dengan industri di negara konsumen. Untuk program RBS 70, Saab telah melakukan perundingan dengan PT. Pindad dalam hal desain produk, perakitan dan pengiriman misil. Sista Hanud Radar Giraffe AMB dan RBS 70 generasi ke 4 / Next Generation dinilai cukup potensial bagi satuan Arhanud TNI AD sehingga perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut secara lebih mendalam.

(PussenArhanud)

View the Original article

Pembangunan Kapal LST ke-3 Dimulai

on Saturday, March 2, 2013

01 Maret 2013


Pembangunan kapal LST ke-3 dikerjakan di Lampung (photo : Armada Barat)

Waaslog Kasal Buka First Steel Cutting Pembangunan Kapak Angkut Tank-3 TNI AL di Lampung

Jakarta  -- Wakil Asisten Logistik (Waaslog) Kasal Laksamana Pertama (Laksma) TNI Ir. Sayid Anwar membuka First Steel Cutting pembangunan Kapal Angkut Tank-3 TNI Angkatan Laut di salah satu galangan kapal mitra TNI Angkatan Laut Srengsem Panjang Lampung, Kamis (28/3).

Kegiatan tersebut, dihadiri Kadismatal Laksma TNI Ir. Bambang Nariyono, M.M., Kadisadal Laksma TNI Mulyadi, S.I.P, M.A.P, Kadislaikmatal Laksma TNI Hary Pratomo, Pusada Baranahan Kemhan yang diwakili oleh Kabid Matra Laut Kolonel Laut (T) Sriyanto, Danlanal Lampung Kolonel Laut (E) Ir. Fery Sidjaja dan Danbrigif 3 Marinir Kolonel (Mar) Hardimo.    

Pelaksanaan Steel Cutting Kapal Angkut Tank-3 TNI Angkatan Laut ditandai dengan penekanan tombol sirine oleh Waaslog Kasal.
     
Dalam sambutannya Waaslog Kasal Laksma TNI Ir. Sayid Anwar mengatakan, dengan adanya pembangunan Kapal Angkut Tank TNI Angkatan Laut diharapkan dapat memajukan industri pertahanan dalam negeri sehingga dapat mengurangi ketergantungan dari luar negeri. Pelaksanaan pembangunan ini sebagai wujud pembinaan dari pemerintah dalam hal ini Kemhan/TNI, dengan harapan mitra kerja tetap memberikan Technigal Support di luar masa Warrantinya sehingga kapal ini dapat berfungsi sesuai usia. 

Melalui pelaksanaan Steel Cutting Kapal Angkut Tank-3 TNI Angkatan Laut tersebut, membuktikan bahwa mitra kerja berkomitmen dan siap menjadi lead integrator pembangunan produk Alat Utama Sistem Senjata (Alut Sista) bidang kemaritiman.

(Armada Barat)

View the Original article

Empat Mesin Sukhoi Su-30MK2 Tiba

on Friday, March 1, 2013

28 Februari 2013


Mesin pesawat Sukhoi Su-30MK2 yang diangkut pesawat An-124 (photo : TNI AU)

Setelah beberapa hari lalu dua Pesawat Tempur SU-30 MK 2 dari 6 Pesawat pesanan pemerintah Indonesia buatan Rusia memperkuat Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Tim penerimaan kedatangan Pesawat tempur Sukhoi Lanud Sultan Hasanuddin Rabu malam (27/2) kembali disibukan untuk menerima kedatangan empat engine Pesawat tempur Sukhoi 27/30 yang diangkut dengan menggunakan Pesawat Antonov An-124-100 Flight Number RA/82043 dengan Pilot Ustelenov.

Kedatangan Pesawat An-124-100 yang parkir di Base Ops Lanud Sultan Hasanuddin tersebut disaksikan oleh Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama TNI Barhim, Para Kepala Dinas, Komandan Satuan, Tim dari Kemhan, Mabes TNI dan Mabesau serta Pejabat dari PT Trimarga Rekatama.

Pesawat An-124-100 mempunyai panjang badan 68.96 m dan lebar sayap 73.3 m serta tinggi 20.78 m, yang membawa empat engine pesawat tempur SU-27/30 buatan KNAAPO (Komsomolsk-na Amure Aircraft Production Association) Rusia, Take off dari Bandara Dzemgi Rusia Selasa (26/2) dengan rute penerbangan Bandara Dzemgi Rusia- Bandara Calcutta (India) - Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, yang merupakan satu rangkaian tahapan dari kedatangan enam unit pesawat Temnpur SU-30 MK2 pesanan pemerintah Indonesia buatan Rusia.

(TNI AU)

View the Original article