Komisi I Dukung Rencana TNI AD Beli Tank Leopard

on Monday, April 30, 2012

28 April 2012

Tank Leopard 2A6 (image : Militaryphotos)

Senayan - Komisi I DPR RI sepakat untuk mendukung rencana TNI AD membeli tank Leopard produksi Jerman. Sebelumnya banyak anggota Komisi Pertahanan yang menolak rencana pembelian tank bekas pakai Belanda ini. Mereka menolak karena perangkat perang ini tak sesuai dengan kondisi geografi Indonesia dan alih teknologinya sulit direalisasikan oleh produsen.

Komisi I akan mengiyakan secara resmi rencana TNI AD ini dengan catatan, sepanjang tidak ada upaya politisasi dari pihak mana pun. Selain itu, pembelian tank tersebut harus dilakukan langsung ke produsen di Jerman.

"Dengan demikian, memungkinkan adanya alih teknologi dan kerja sama pemeliharaan antara produsen dan PT Pindad," ujar Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq kepada Jurnalparlemen.com, Jumat (27/4).

Menurut Mahfudz, pembelian langsung ke produsen tank Leopard di Jerman akan memungkinkan modifikasi sesuai kebutuhan Indonesia dan lebih efisien harganya.

Meskipun hampir semua anggotanya menyatakan dukungan, hingga kini Komisi DPR belum mengeluarkan keputusan resmi guna menyetujui rencana ini. Keputusan resmi akan dikeluarkan setelah anggaran untuk meng-goal-kan rencana ini dianggap sesuai. "Ya, Komisi I memang belum memutuskan persetujuan anggaran untuk pengadaan tank tersebut," ujar Wasekjen DPP PKS ini


(Jurnal Parlemen)


View the Original article

TNI Bangun Bandara di Perbatasan Malaysia

on Saturday, April 28, 2012

23 April 2012

Ketiga bandar udara di perbatasan Malaysia akan mampu didarati pesawat Hercules TNI AU (photo : Indoflyer)

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Panglima Daerah Militer VI Mulawarman, Mayor Jenderal TNI Subekti, mengatakan pihaknya akan mengerahkan Detasemen Zeni Tempur Kodam VI. Mereka akan dikerahkan untuk membangun dan menambah panjang landasan tiga bandar udara di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Timur.

"Membangun dan menambah panjang landasan itu agar pesawat Hercules bisa mendarat di bandara-bandara tersebut," kata Subekti, di Balikpapan, Senin.

Ketiga bandara tersebut adalah Bandara Yuvai Semaring di Long Bawan, Krayan, Nunukan, dengan panjang landasan pacu 900 meter lebar 23 meter; Bandara Long Ampung di Kayan Selatan, Malinau dengan panjang landasan 850 meter lebar 23 meter; Bandara Datah Dawai di Long Lunuk, Long Pahangai, Kutai Barat dengan panjang landasan 750 meter lebar 23 meter.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga akan jadi pengelola ketiga bandara tersebut. Pesawat pengangkut pasukan bersenjata lengkap dan kargo udara Hercules C130 yang kapasitas penuhnya mencapai 70 ton memerlukan panjang landasan 1.093 meter untuk lepas landas maupun mendarat.

"Jadi, landasan yang ada sekarang kami akan perpanjang hingga dua kali lipatnya, hingga minimal 1.600 meter," papar Pangdam Subekti.

Bandara Long Bawan yang sedang dikerjakan saat ini panjang landasannya sudah 1.100 meter dengan lebar 30 meter. Pengembangan bandara di perbatasan ini, menurut Pangdam, sejatinya adalah program Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan dukungan anggaran dari APBD Kaltim. Adapun besarnya anggaran, yakni Bandara Long Bawan sebesar Rp 120 miliar, Bandara Long Apung Rp 130 miliar, dan Bandara Datah Dawai Rp 150 miliar.

Ia menjelaskan pelibatan TNI itu karena ketiga bandara juga memiliki posisi strategis pertahanan keamanan. "Bukan kebetulan kami TNI punya prajurit zeni yang selain jago bertempur juga piawai membangun," kata Pangdam.

Selain itu, kata dia, karena kondisi geografis yang sulit dicapai melalui transportasi darat dan harga-harga material yang berkali-kali lipat harga normalnya, pengembangan bandara tersebut kesulitan mendapat kontraktor pengerjaan.



View the Original article

Northrop Grumman to Collaborate with PT INTI to Produce Ground-Based Radar Systems

on Friday, April 27, 2012

24 April 2012

Northrop Grumman AN/TPS-78 Ground Based Air Defence Radar System (photo : diariolibre)

BALTIMORE, Md. -- Northrop Grumman Corporation (NYSE:NOC) executed a Memorandum of Understanding at the Sixth National Radar Seminar in Bali, Indonesia with PT Industri Telekomunikasi Indonesia and the Research Centre For Electronics And Telecommunications of The Indonesian Institute Of Sciences to facilitate collaboration on pending ground-based radar opportunities in Indonesia.

The Northrop Grumman AN/TPS-78 is the latest generation of state-of-the-art radars made possible by advances in high power transistor technology and designed to operate in some of the harshest, most unforgiving environments. Proven in the field, the S-Band long-range AN/TPS-78 is the choice of the U.S. Air Force and customers worldwide.

"With this agreement, Northrop Grumman will bring its recognized leadership in ground radars together with our Indonesian business partners' combined expertise in electronics research and manufacturing and knowledge of the unique needs of the Indonesian government," said Robert Royer, vice president of international systems at Northrop Grumman's Land and Self Protection Systems Division. "Our team looks forward to participating in the upcoming Indonesian ground-based radar competition designed to help Indonesia increase air surveillance control and secure its border."



View the Original article

PT DI Bersiap-Siap Rakit CN-295

on Saturday, April 21, 2012

JAKARTA: PT Dirgantara Indonesia (Persero) akan merakit pesawat CN295 di Bandung mulai akhir 2013.

Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Budi Santoso mengatakan perakitan akhir 7 dari 9 pesawat rancangan Airbus Military (AM) CN295 pesanan Kementerian Pertahanan akan dikerjakan di pabrik PTDI.

Dia menjelaskan perakitan 7 pesawat tersebut akan dimulai setelah lini produksi PTDI di Bandung bisa memenuhi standar produksi yang ditetapkan AM.

Revitalisasi dan modernisasi sistem produksi pesawat PTDI, jelasnya, direncanakan selesai dalam 18 bulan sejak penandatanganan kerjasama strategis antara PTDI, AM dan Perusahaan Pengelola Aset (Persero) di Bandara Halim Perdanakusuma.

“Setelah itu, seluruh pesanan pesawat CN295 di Asia Pasifik tidak lagi diproduksi di Spanyol. Semua diproduksi di Indonesia, begitu juga C-212,” kata Budi.

Direktur Aerospace PTDI Andi Alisjahbana mengatakan kesepakatan yang ditandatangani di depan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menandakan tercapainya syarat awal teaming agreement antara PTDI dan AM yang terbentuk Juni tahun lalu.

“Syaratnya ketika itu, PTDI membantu CN295 terjual. Itu sudah tercapai. Kesepakatan baru ini menandakan seluruh rencana rencana restrukturisasi yang disusun PTDI bersama AM masih berjalan tepat waktu,” katanya.

Kontrak pembelian 9 unit CN295 oleh Kementerian Pertahanan diumumkan pada awal tahun ini dengan nilai mencapai US$325 juta.

Menhan menjelaskan pembelian 9 unit pesawat tersebut adalah bagian dari rencana pencapaian kemampuan angkatan bersenjata minimal (minimum essential force) pemerintah sampai 2015.

Andi memaparkan mulai pertengahan tahun ini AM mulai memberi bantuan tenaga ahli, perangkat peralatan dan permesinan, serta sistem informasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi sistem produksi pesawat PT DI.

Salah satu di antaranya adalah memperpendek waktu produksi PT DI dari 6—9 bulan per unit pesawat menjadi 6 pekan per unit pesawaat.

“Seluruh investasi restrukturisasi sepenuhnya merupakan investasi PTDI. AM akan memberi bantuan know how,” jelas Andi.

Direktur Utama PPA Boyke Mukijat mengatakan PTDI mengajukan proposal anggaran senilai Rp2,055 triliun untuk proses restrukturisasi perusahaan termasuk pembangunan lini produksi CN295 yang rencananya beroperasi pada 2013.

Dia menjelaskan PPA memberi dukungan pendanaan senilai Rp675 miliar sampai seluruh permintaan anggaran pemerintah untuk dana restrukturisasi PTDI disetujui oleh DPR.

“Juga ada dana pinjaman dari perbankan. Kami juga mengawasi pembelanjaan dan apa kerjasama ini fair,” tambah Boyke.

Senior Vice President AM Ignacio Alonso mengatakan kerjasama kedua perusahaan akan mencakup aspek industri dan komersial.

Selain membentuk kerjasama pemasaran dan pusat produksi, jelasnya, kedua perusahaan akan membangun pusat servis yang memberikan pelayanan logistik, pemeliharaan dan pelatihan awak pesawat untuk seluruh produk PTDI dan AM untuk wilayah Asia Tenggara.

“Hasil kerjasama sejauh ini sangat baik yang memungkinkan kita untuk terus memperluas lingkup visi jangka panjang kerjasama, yang mungkin akan mencakup pesawat A400M,” kata Alonso.

Hari ini, AM menghadirkan pesawat kargo A400M yang bisa mengangkut muatan seberat 30 ton dengan jarak tempuh maksimal sejauh 8.700 kilometer di Bandara Halimperdanakusuma, Jakarta.

Purnomo mengatakan pesawat kargo tersebut bisa menjadi alternatif pengganti pesawat Hercules C-130 yang selama ini diandalkan TNI AU.

AM mengklaim A400M mampu mengangkut beban 2 kali lebih berat dengan jarak tempuh yang setara atau jarak tempuh 2 kali lebih jauh dengan beban yang setara jika dibandingkan dengan C-130.

Namun, Menhan menegaskan pembelian A400M baru bisa direncanakan dalam anggaran pemerintah setelah 2015. (sut)



View the Original article

Kesepakatan Kerjasama Jangka Panjang antara PT DI dan Airbus Military Ditandatangani

on Thursday, April 19, 2012

18 April 2012


Berkaitan dengan penawaran A400M dari Airbus Military, Menhan mengatakan Indonesia akan mempelajari dan mendalami tentang keunggulan dari spesifikasi pesawat A400 M, namun tidak dalam perencanaan modernisasi alutsista hingga tahun 2015. (photo : Foxnews)


Kembangkan Pasar Asia Pasifik, PT DI-Airbus Military Lakukan Kerja Sama

Jurnas.com PT Dirgantara Indonesia dan Airbus Military melakukan peresmian kerja sama strategis jangka panjang. Kerja sama itu ditandatangani kedua perusahaan. Dalam kerja sama ini dipaparkan rencana revitalisasi PT DI dengan proyek-proyek kerja sama dan pengembangan bisnis yang spesifik.

“Kesepakatan ini patut ditandai sebagai tonggak revitalisasi PT DI karena akan memastikan semua target dalam rencana revitalisasi akan tercapai,”kata Direktur Utama PT DI Budi Santoso sebelum menandatangani kesepatan kerja sama di Halim Perdanakusuma Jakarta, Rabu (18/4).

“Dalam kesepakatan ini PT DI dan Airbus Military akan bekerja sama dalam mengembangkan pasar Asia Pasifik yang hasilnya akan memperkuat posisi produk PT DI dan Airbus Military,”tambahnya.

Dijelaskan Budi, PT DI juga telah menandatangani kontrak dengan Spirit UK/ Airbus dan Eurocopter untuk menjadi pemasok global komponen strukuralnya. Bersama Eurocopter, PT DI juga telah melakukan kontrak untuk melakukan kustomisasi serta pengiriman enam unit EC725.

“PT DI dan Airbus juga telah setuju mengembangkan lini perakitan akhir dan pusat pengiriman untuk CN295 di Indonesia, dan perakitan hidung pesawat A350 yang baru,”kata Budi.

PT DI, tambah Budi, secara serius tengah membangun diri sebagai sosok yang penting dalam dunia dirgantara di Asia Pasifik.




View the Original article

TNI AL akan Menambah Pesanan 2 CN-235 kepada PT DI

on Wednesday, April 18, 2012

18 April 2012


TNI-AL memesan tiga unit NBell 420EP kepada PTDI. Satu unit sudah diserahkan, sedangkan satu diantaranya yang diujicobakan Selasa ini, satu lainnya akan diselesaikan akhir 2012. Sedangkan pesanan CN-235 kepada PT DI sebanyak tiga unit akan segera disusul dengan tambahan dua unit lainnya (photo : Tempo)

Perkuat Alutsista, TNI AL Beli 6 Pesawat ke PT DI

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Komandan Pusat Penerbangan TNI AL, Laksamana Pertama Sugianto, membenarkan bahwa jajarannya melakukan pemesanan 6 unit pesawat kepada PT Dirgantara Indonesia. Pesawat-pesawat itu terdiri atas 3 unit CN 235 dan 3 unit helikopter Bell 412 EP.

Sugianto menjelaskan, pemesanan keenam pesawat tersebut merupakan bagian rencana penambahan alat utama sistem persenjataan (alutsista).


Menurutnya, sampai 2014, TNI AL menyiapkan sejumlah rencana penambahan dan pemerkuatan alutsista. Namun, yang saat ini terealisasi yaitu baru pada helicopter BELL 412 EP.

Sementara itu, Humas PT Dirgantara Indonesia (DI), Rakhendi Triatna, mengungkapkan, saat ini, pihaknya menerima pemesanan pembuatan pesawat dari berbagai negara. Antara lain, sebutnya, Korea Selatan (Korsel), Thailand, Pakistan, Uni Emirat (UE), Burkina Paso, dan Senegal.

Selain negara-negara itu, lanjutnya, pihaknya pun menerima pemesanan pembuatan pesawat yang diajukan TNI AL. Disebutkan, secara total, jumlah pesawat yang dipesan TNI AL yaitu 6 unit.

"Itu terdiri atas 3 unit CN 235. Kontraknya, yang terjalin sejak 2009, yaitu 80 juta dolar AS.


Tiga unit lainnya, yaitu helikopter BELL 412 EP," beber Rakhendi pada sela-sela tes penerimaan BELL 412 EP, yang dilakukan Komandan Pusat Penerbangan TNI AL, Laksamana Pertama Sugianto, di PT DI Bandung, Selasa (17/4/2012).

Kabarnya, TNI AL pun siap memesan 2 unit CN 235. Jika itu terealisasi, tutur Rakhendi, secara total, TNI AL memesan 5 unit CN 235. Akan tetapi, tukasnya, sejauh ini, perjanjian kontrak mengenai pemesanan 2 unit CN 235 tambahan oleh TNI AL belum terjalin. Kendati begitu, Rakhendi menyatakan, kemungkinan besar, dalam waktu yang tidak lama, pemesanan itu dapat terealisasi.

(TribunNews)



View the Original article

Russia, Indonesia to Clinch $100M Armored Vehicle Deal

on Tuesday, April 17, 2012

17 April 2012


37 BMP-3F for Indonesian Marines Corps worth more than $100 million (photo : Marinir)

Russia will soon sign a contract with Indonesia to deliver 37 infantry fighting vehicles worth more than $100 million, Russian state-controlled arms exporter Rosoboronexport said on Tuesday.


Rosoboronexport deputy chief Viktor Komardin said the deal for BMP-3F vehicles was expected later this month.

To date, Russia has delivered 17 BMP-3Fs to Indonesia.




View the Original article

Two S-300C Helicopters for Indonesian Army Aviation

on

17 April 2012

Two S-300C with an option for four more will be delivered to the Indonesian Army Aviation (photo : Gaero)

Sikorsky Aircraft Announces Sale of S-300C™ Helicopters to IPTN North America
STRATFORD, Connecticut - Sikorsky Aircraft has announced the sale of two S-300C™ helicopters with an option for four more, to IPTN North America, a subsidiary of PT Dirgantara Indonesia (PTDI)/Indonesian Aerospace (IAe). These S-300C helicopters will support the Indonesian Army’s requirements to train more than 100 new pilots in the next few years. In March 2012, the Indonesian Minister of Defence, Purnomo Yusgiantoro, announced Indonesia’s commitment to double Indonesia’s military helicopters, increasing the need for helicopter training.

“The Asia-Pacific region is one of the areas in the world that has continued to sustain healthy economic growth in recent years. Specifically, Indonesia’s economic success allows the country to fund a defence modernization plan that maintains a minimally essential force in the country.
Sikorsky is honored to be able to support Indonesia’s modernization efforts with our S-300C training helicopters,” said Linda Scott, General Manager for Southeast Asia.

“The reliability of the S-300C helicopter is just one attribute that the customer is getting from these aircraft,” Scott added. “They are also easy to maintain, easy to fly, and economically priced. It is a good, solid aircraft for the training mission they are destined for in Indonesia.”
The aircraft are expected to be delivered in late 2012.

The sale to IPTN North America follows recent activities by Sikorsky Aircraft in the Asia-Pacific region. In February, Sikorsky announced the opening of its office in Malaysia, taking the first step toward expanding its industry presence in Southeast Asia. Previously, in December 2011, Sikorsky Aircraft signed a contract with the Brunei Ministry of Defence to provide 12 S-70i™ BLACK HAWK helicopters, as well as associated spare parts, training and ground support equipment. The helicopters will serve the Royal Brunei Armed forces, and join the growing fleet of Sikorsky aircraft in the region.

The S-300C helicopter operates throughout the world in many demanding roles including military patrol, power line/pipeline patrol, commercial and military flight training, ranching, external load operations, animal surveys, aerial photography and personal transportation. The cockpit size, load capacity, performance characteristics, robust design and low direct operating costs make the S-300C helicopter a leader in its class.



View the Original article

WFEL Expects Further Indonesian Bridge Contract

on Monday, April 16, 2012

16 April 2012

WFEL Single storey Medium Girder Bridges (photo : WFEL)

Indonesia is in discussions with WFEL with regards to purchasing more Medium Girder Bridges following a contract for one in January.


The rapidly deployed tactical bridge for the Indonesian armed forces is due to be delivered in March 2013, and the contract is worth £3 million, Max Houghton, sales and marketing director for the company toldShephard at the DSA 2012 exhibition in Kuala Lumpur, Malaysia, on 16 April.

'We're currently in discussions with Indonesia for a few more,' Houghton explained. 'Our systems are designed for the military but used in disaster relief. If the military can't afford it, they say it has a dual use.'

He explained that in a Brunei white paper released last year it stated that the military did not want to buy solely for civilian or solely for military use, and this appears to be a trend in the region. 'The real challenge is getting the budget and the requirement. They are designed for the military but used in disaster relief.'

Brunei is a customer for WFEL, along with South Korea, Thailand and Japan, with the latter using the bridge after the earthquakes last year.

'Rapidly deployable bridges are a way of getting supplies and relief trucks to people cut off,' Houghton explained.

'We'd like Japan to buy more; we know the Japanese are looking to double their bridge holding.
'Australia have also started a bridging procurement programme, Land 155,' he continued, and said that this is due to begin next year.

The company's Dry Support Bridge has some $600 million of sales in the US, and was purchased by the Swiss armed forces in December 2011 under a £57 million contract. The UK also purchased a new Medium Girder 18 months ago.



View the Original article

PT DI Turut Dalam Rancang Bangun Airbus A350

on Thursday, April 12, 2012

12 April 2012


Pesawat berbadan lebar Airbus A350 (image : Airbus)

Jakarta (ANTARA News) - PT Dirgantara Indonesia (Persero), Rabu, mencatat sejarah baru dan "naik kelas" dengan menjadi mitra rancang bangun setara bagi Airbus, dalam pembuatan A350. PT DI bukan lagi sekedar pembuat komponen (manufacturing) seperti sebelumnya.

Langkah maju PT DI itu ditandai penandatanganan memorandum kesepahaman antara PT DI dengan Airbus Industrie di Jakarta, yang menjadi salah satu agenda dalam kunjungan kenegaraan PM Inggris, David Cameron, yang disertai 30 pebisnis utama Inggris, termasuk dari Airbus.

PT DI dalam penandatanganan yang berlangsung di Istana Negara itu diwakili Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, Ardonni Jafri. Kini, selain mampu membuat komponen untuk pesawat Airbus, PT DI dipercaya untuk berkontribusi dalam rancang bangun pesawat Airbus A350.
Bicara soal Airbus ini, konsep dan praktis pengendalian pesawat terbang dua awak (two men cockpit) berbasis sistem elektronika (fly by wire) jajaran pesawat komersial A-300 buatan konsorsium penerbangan Eropa ini diprakarsai tokoh kedirgantaraan nasional, Wiweko Supomo.

Supomo, yang pernah menjadi direktur utama PT Garuda Indonesian Airways (saat itu) juga sahabat kental Nurtanio, pendiri PT DI, yang kemudian namanya sempat diabadikan menjadi pusat unggulan industri kedirgantaraan satu-satunya di Asia Tenggara itu.

Mengomentari perkembangan pesat PT DI itu, Direktur Utama PT DI, Budi Santoso, menggarisbawahinya sebagai langkah awal menuju status sebagai kontraktor rancang bangun bagi Airbus.

"Pekerjaan rancang bangun ini akan menjadi langkah awal sebagai kontraktor rancang bangun bagi pesawat-pesawat Airbus," katanya.

Bukan hanya itu, Santoso yakin kesepakatan yang ditandatangani pihaknya dengan Airbus juga berharap PTDI menjadi pemasok tier-1 (tingkat 1) bagi Airbus.

Ardonni, mengatakan kesepakatan itu secara khusus ditujukan dalam rancang bangun pengembangan pesawat Airbus A350, jenis pesawat berbadan lebar berteknologi masa depan, yang dimulai tahun ini juga.

Pesawat A350 itu sendiri kini masih dalam tahap perancangan, dimana PT DI akan menyertakan para insinyurnya sebagai pemikir-pemikir dan penghitung bagian-bagian dari pesawat masa depan tersebut.

"Kami kini masuki tahapan kerja kerah putih, tak lagi kerah biru," kata Ardonni.

Dia menambahkan, selain mengangkat nama bangsa dalam teknologi rekayasa pesawat terbang, PT DI kini mendapatkan nilai tambah 60 persen lebih besar dari hasil pekerjaaan yang dilakukan para personilnya dalam proyek rekayasa seperti itu.

Menurut dia, pengakuan Airbus tersebut bukan hal mudah karena sebelum memutuskan menjadikan PT DI mitra rancang bangun, Airbus telah turun ke PT DI di Bandung dan mengaudit sistem yang digunakan PT DI guna mengukur kemampuan rancang bangunnya.

Sebelumnya, sejak 2002 PT DI telah dipercaya membuat berbagai komponen untuk struktur Airbus A320/321/330/30/350 dan bahkan pesawat berlantai dua dan terbesar di dunia A380 sejak tahun 2002 yang diperoleh lewat Spirit (saat ini BAe System) dan juga dari CTRM Malaysia.




View the Original article

ITS Mendapatkan Dana Riset Pengembangan Kapal dengan Material Anti Radar

on

09 April 2012


Bahan anti radar yang telah diteliti sejak 2005 oleh ITS akan diterapkan pada kapal perang (photo : Kaskus Militer)

ITS Buat Kapal Perang 1,8 Miliar

Kampus ITS, ITS Online - ''ITS menjadi leader Konsorsium Pengembangan Kapal Perang Nasional,'' ujar Subchan MSc PhD, salah satu anggota dari tim riset kapal perang. Dengan digarap oleh dosen dari beberapa jurusan di ITS, riset kapal perang ini ditargetkan akan selesai dalam kurun waktu tiga tahun mendatang.

ITS tak bekerja sendiri, mengingat riset ini adalah riset nasional, maka ITS dibantu oleh beberapa perguruan tinggi negeri lain. Yaitu Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Surabaya (UNS), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Akademi Angkatan Laut (AAL).

Tak hanya itu, sejumlah perusahaan besar pun turut bekerja sama guna merealisasikan kapal perang tersebut. Seperti PT PAL Indonesia, PT Terafulk Group dan PT Len Industri. ''Harapannya nanti kapal perang ini dapat diproduksi di Indonesia dalam jumlah besar,'' imbuh Subchan.

Konsorsium ini bermula dari workshop inisiasi bidang kapal perang yang dilaksanakan Agustus 2011 lalu. Dari workshop itulah ITS mengambil langkah lebih lanjut terkait penelitian kapal perang tersebut. Termasuk pembuatan proposal untuk kemudian diajukan ke pemerintah. ''Pembuatan proposal untuk konsorsium ini telah selesai sejak akhir tahun 2011,'' ungkap Hendro Nurhadi Dipl Ing PhD, Ketua KPKPN. Baru seteleh itu, digelar workshop nasional bidang kapal perang pada akhir Februari lalu.

Penggarapan kapal perang ini dibagi menjadi tujuh kelompok kerja berdasarkan bagian kelengkapan kapal. Ketujuh kelompok kerja tersebut masing-masing menangani karakterisasi komposit, metalurgi fisik, ship standard, auto pilot, steering control, material untuk radar dan Combat Material System (CMS). Dari pembagian tersebut, UNS akan turut membantu dalam pembuatan karakterisasi komposit. Sedangkan metalurgi fisik ditangani oleh Prof Dr Ir Bondan Tiara Sofyan dari UI.

"Kapal perang tersebut akan dilengkapi dengan prosessor persenjataan, sehingga dapat membentuk suatu armada,'' papar Prof Dr Ir Gamantyo Hendrantoro MEng saat ditemui dalam konferensi pers diskusi ilmiah di Nasdec (22/2). Gamantyo juga menerangkan bahwa selama ini Indonesia hanya membeli kapal dari luar negeri.

Kapal yang dibeli itupun merupakan produk lama. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika Indonesia terus menerus bergantung pada negeri lain padahal potensi dalam negeri sangat besar.

Kapal Perang Anti Radar

Keunggulan kapal perang ini yaitu dibuat dengan material anti radar. ''Anti radar baru pertama kali diterapkan di pesawat tempur Amerika. Konon wartawan tidak bisa mendekat dari jarak 100 meter,'' jelas Drs Mochamad Zainuri MSi yang juga ditemui saat konferensi pers diskusi ilmiah di Nasdec (22/2).

Zainuri yang telah meneliti bahan anti radar sejak tahun 2005 itu mengungkapkan bahwa material anti radar yang digunakan pada kapal tersebut dibuat dari pasir besi. Hingga saat ini, material tersebut telah berhasil dibuat dan dapat menyerap radar hingga 99 persen.

Pembuatan kapal perang ini juga tak lepas dari campur tangan mahasiswa. Beberapa mahasiswa semester akhir pun turut meneliti bidang pertahanan melalui Tugas Akhir (TA) yang mereka buat. Selain itu, program Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pun menjadi ajang mahasiswa mengangkat penelitian seputar kapal perang.

Tak hanya konsen di pembuatan kapal perang. Di bidang pertahanan, ITS pun terlibat dalam Komite Kebijakan Industri dan Pertahanan (KKIP). Salah satu tugasnya yaitu merevitalisasi industri pertahanan yang hampir kolaps. KKIP juga bertugas untuk membuat kebijakan lain di industri pertahanan. Seperti keinginan pemerintah untuk bekerja sama dengan Cina membangun industri roket di Indonesia. (sha/fz)




View the Original article

Radar Militer dan Sipil Diintegrasikan

on Wednesday, April 11, 2012

10 April 2012


Perusahaan swasta nasional dalam bidang elektronika dan sistem informasi PT Infoglobal dilibatkan dalam proyek integrasi radar militer dan sipil tersebut (photo : Infoglobal)

JAKARTA, KOMPAS — Tentara Nasional Indonesia mengintegrasikan radar militer dan sipil di bandara-bandara untuk menjaga kedaulatan wilayah Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mengurangi blank spot atau daerah yang tidak terpantau radar.

Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat mengatakan hal tersebut seusai Upacara Ulang Tahun Ke-66 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (9/4). Imam mengatakan, pihaknya tidak bisa mengungkapkan daerah yang belum terpantau radar di Indonesia. "Itu untuk alasan keamanan," katanya.


Imam menambahkan, pihaknya mengoptimalkan operasional radar untuk mengawasi ruang udara RI. Saat ini, TNI AU terus menambah Satuan Radar (Satrad) terutama di daerah-daerah terluar Indonesia.

Untuk menunjang operasional, kesiapan operasional (serviceable) pesawat dan helikopter TNI AU juga ditingkatkan. Imam optimistis, di tahun 2014, tingkat serviceable pesawat dan helikopter TNI AU mencapai 80 persen. Saat ini tingkat serviceable baru mencapai 50 persen. Beberapa tahun silam, kesiapan armada TNI AU sempat berada di kisaran 40 persen dari 200 armada yang ada.


Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan modernisasi pembelian pesawat dan helikopter baru tidak bisa ditawar-tawar bagi negara seluas Indonesia "Angkatan Udara mencakup 100 persen wilayah Indonesia. Mereka harus diberi peralatan modern, tetapi tentu saja pengadaan harus transparan dan kesejahteraan pilot serta prajurit ditingkatkan," ujar Dudi.

Imam mengatakan, hingga 2014 diperkirakan akan ada tarnbahan sejumlah pesawat baru.

Ada enam Sukhoi, pesawat latih jet tempur T-50 Golden Eagle, dan lima Super Tucano yang dipersiapkan untuk menggantikan OV-10 Bronco, dan sembilan CN 295, serta dua heli Super Puma dan enam heli Combat & SAR.


Selain itu juga ada empat radar peringatan dini dan Ground Control Interception (GCI), serta rudal pesawat udara.

"Kami sudah hitung cermat, pembelian Sukhoi memang sudah direncanakan sesuai dengan dasar operasi sebelumnya," kata Imam.


Terkait dengan datangnya banyak pesawat baru tersebut, Imam mengatakan, akan ada program percepatan pengadaan penerbang. Sekolah penerbang dinaikkan kapasitasnya dari 30 orang menjadi 40 orang per tahun. Selain itu, kuota untuk ikatan dinas ditambah 10 orang.


Dalam peringatan HUT TNI AU tersebut, dikerahkan 64 pesawat dan helikopter dalam pelbagai atraksi udara. Puluhan atase militer asing turut menyaksikan demonstrasi pesawat ternpur, latih, helikopter, dan Pasukan Khas TNI AU. (ONG/EDN)


View the Original article

Airbus Military Tawarkan A400M kepada Indonesia dan Thailand

on

11 April 2012


Airbus Military A400M, pesawat angkut berat (photo : Airliners)

Airbus Military akan pamerkan pesawat A400M di Jakarta

Jakarta (ANTARA News) - Produsen pesawat militer dan sipil, Airbus Military, akan memamerkan pesawat angkut militer generasi terbaru A400M di Jakarta pada 18 April 2012 dalam rangkaian kunjungannya di Asia.

Siaran pers dari Airbus Military yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa, menyebutkan pesawat A400M jenis Grizzly 4 akan tinggal selama satu hari di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, sebelum melanjutkan perjalanan ke Chiang Mai dan Bangkok.

Pejabat pemerintah dan anggota TNI Angkatan Udara dijadwalkan melihat pesawat tersebut dan berpartisipasi dalam demonstrasi penerbangan untuk mendapatkan pengalaman langsung mengendarai pesawat A400M.

Mitra lama Airbus Military di Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, mendukung dan memfasilitasi kunjungan Grizzly 4--satu dari lima prototipe A400M yang dikembangkan-- ke Indonesia.

Pesawat A400M adalah pesawat angkut militer yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan angkatan bersenjata.

Produsen mengklaim pesawat itu bisa terbang lebih tinggi, cepat dan jauh, dengan tetap mempertahankan kemampuan bermanuver yang tinggi dan kemampuan menggunakan landasan pendek, lunak dan juga kasar.

Jenis pesawat itu juga disebut memiliki ruang kargo yang secara khusus dirancang untuk mengangkut peralatan besar yang dibutuhkan oleh misi militer dan bantuan kemanusiaan.




View the Original article

TNI AU Ngebet Beli Simulator Sukhoi

on Sunday, April 8, 2012

07 April 2012


Negara yang dijajaki untuk pembelian simulator Sukhoi adalah : Rusia, China, dan Kanada (photo : Kaskus Militer)

Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan selain membeli Sukkoi sebanyak 6 unit dari Rusia, rencananya Indonesia juga membeli simulator jet tempur jenis medium tersebut di tahun ini. Pembelian simulator untuk menghemat pengeluaran operasional Sukhoi dan jaminan keselamatan pilot selama operasional.

"Setidaknya, dana yang harus dikeluarkan untuk 1 jam latihan Sukhoi mencapai Rp 500 juta," kata Sufaat kepada wartawan di Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta, Sabtu (7/4).

Dengan pembelian simulator akan menekan angka pengeluaran operasional Sukhoi. Harga simulator berkisar 35 juta dolar AS.

"Harga simulator adalah setengah harga dari Sukhoi. Harga Sukhoi berkisar 50 hingga 60 juta dolar AS per unit," lanjutnya.

Hingga sekarang TNI AU masih belum menentukan pilihan akan membeli di negara mana. "Kami menjajaki, beli simulator dari Rusia, China, atau dari Kanada. Ada beberapa sumber dan kami akan cari yang terbaik, pertimbangannya adalah bahasa juga," terangnya.

Selain itu, pengadaan simulator Sukhoi juga solusi terbaik dalam mencetak pilot handal daripada mengirimkan pilot Indonesia belajar di luar negeri. "Kelemahannya mereka tahu kemampuan penerbang Indonesia," ucapnya serius.

Saat ini, TNI AU sudah memiliki beberapa simulator pesawat. Dua diantaranya adalah F16 dan Hercules.[has]




View the Original article

Six EC725 Combat SAR for Indonesian Air Force was Signed Between PT DI and Eurocopter

on Friday, April 6, 2012

06 April 2012


EC-725 Combat SAR helicopter (photo : Eurucopter)


Eurocopter to supply six EC725 combat search and rescue helicopters to PT Dirgantara Indonesia for customization and delivery to Indonesian Air Force


A contract is signed today between Eurocopter and PT Dirgantara Indonesia/Indonesian Aerospace for the supply of six EC725. To be received in 2014, Indonesian Aerospace will customize and deliver these combat search and rescue configured helicopters to the Indonesian Air Force under a contract signed with the Indonesian Ministry of Defence last month.

The aircraft, for delivery from Eurocopter starting in 2014, will be shipped to Indonesian Aerospace's facility in Bandung, West Java, Indonesia, where they will be reassembled and customized before delivery to the Indonesian Air Force under a contract signed, between the Ministry of Defence and Indonesian Aerospace, on 12th March 2012. The EC725, a combat-proven multi-role helicopter in the 11-ton class, was selected by the Air Force in 2011 to meet its requirements for a Combat Search and Rescue capable helicopter fleet.

"The selection of the EC725 by the Air Force is a renewed demonstration of the confidence that the Indonesian Air Force has in the Super Puma family of helicopters and enables Eurocopter to further strengthen its long standing relationship with Indonesian Aerospace relating to the Super Puma family," said Olivier Lambert, Eurocopter’s Senior Vice President for Sales and Customer Relations.

The EC725, a member of Eurocopter's successful Super Puma/Cougar family, will further extend Indonesian Aerospace's involvement with the type. As well as building several SA330 Puma and AS332 Super Puma under license in Bandung for the Air Force, Indonesian Aerospace has held a contract with Eurocopter since 2008 for the manufacture of EC225 and EC725 tail booms and complete airframe assemblies.

"This contract for the EC725 will propel Indonesian Aerospace into a new era of co-operation with Eurocopter, enhancing the company's capabilities at the forefront of rotorcraft technology," stated Budi Santoso, President Director of Indonesian Aerospace.

The twin-engine EC725/EC225 rotary-wing aircraft family features high-performance navigation and mission systems, including a unique digital four-axis autopilot. Offering excellent flight autonomy, this powerful machine is also great for tactical transport as it has a large cabin with seating for 25 persons. As a result, the EC725 military version and its EC225 civilian/parapublic variant have become the reference for civil and military search and rescue, off-shore and passenger transport missions around the world.




View the Original article

Kazakhstan Jajaki Kerjasama dengan PT DI

on

05 April 2012


Kerjasama dengan Kazakhstan termasuk opsi pembelian pesawat produksi PT DI. (photo : Airbus Military)Bandung (ANTARA News) - Kazakhstan menjajaki kerja sama strategis industri penerbangan dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI), termasuk opsi pembelian sejumlah pesawat produksi industri dirgantara Indonesia.

"Persiapan kerja sama itu telah diawali dengan peninjauan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Kazakhstan, Kayrat Sarybay, bersama rombongannya ke PTDI awal minggu ini," kata Kepala Humas PTDI Rakhendi Triyatna di Bandung, Kamis.

Menurut dia, Sarybay mengunjungi PTDI pada Selasa (3/4) untuk mempersiapkan agenda pembicaraan RI-Kazakhstan saat pemimpin negara itu, Nursultan Nazarbayev, datang ke Indonesia bulan ini.Ia mengatakan, Kazakhstan menyatakan tertarik dengan paparan PTDI tentang kemampuan dan kompetensi dalam membuat pesawat terbang dan berbagai jenis persenjataan.

Pada kesempatan itu, katanya, badan usaha milik negara bidang industri pertahanan lain juga menyampaikan presentasi masing-masing, termasuk PT Pindad, PT Dahana, PT LEN Industri dan PT INTI.(E004)



View the Original article

PTDI Gandeng Perusahaan Prancis Bangun Pusat Keunggulan Dirgantara

on Thursday, April 5, 2012

31 Maret 2012


Rancangan kokpit N219 (image : PT DI)

BANDUNG--MICOM: PT Dirgantara Indonesia (Persero) sedang mempersiapkan pembangunan pusat keunggulan pertahanan dan dirgantara bekerja sama dengan mitra-mitra dalam dan luar negeri.


Dalam persiapan rencana itu, Kepala Humas PTDI Rakhendi Priyatna, Sabtu (31/3), mengatakan bahwa Direktur Utama PTDI Budi Santoso telah menandatangani kerja sama tiga pihak, PTDI, Nusantara Secom Infotrch (NSI), dan Dassault Systemes (DS) Prancis. Penandatanganan dilakukan pada Jumat (30/3) di Bandung.

Kedua penandatangan lainnya, Presiden Dasault Systemes, Forestier, dan Managing Director NSI, Reinhard Sitorus. Kerja sama Kemitraan Kreasi jangka panjang bertujuan membangun pusat unggulan di bidang pertahanan dan dirgantara.

Dirut PTDI Rakhendi mengatakan bahwa kerja sama ini sungguh membuat PTDI semakin bernilai di mata internasional, dan ini akan berdampak besar bagi kelancaran rancang bangun dan produksi N219, pesawat tempur KFX/IFX, dan program-program lainnya.

Apa yang disepakati ketiga perusahaan bukanlah terjadi tiba-tiba. Ketiga pihak sudah saling mengetahui dan memahami kemampuan masing-masing, baik dari sisi sumber daya manusia, khususnya para insinyur (engineers) yang dimiliki, pengalaman, maupun fasilitas masing-masing.

Dalam kerja sama ini PTDI berkomitmen untuk menyiapkan insinyur, tempat kerja, jaringan kerja, dan proses bisnis untuk pengembangan dan sertifikasi. NSI yang sarat dengan pengalaman dan memiliki insinyur yang berkualitas dan mampu menyiapkan perangkat lunak dan pelayanan.

NSI berkomitmen untuk mendukung pusat rancang bangun, mengembangkan kemampuan staf serta membangun pusat pertahanan dan dirgantara bersama.

Ia menjelaskan bahwa DS sebagai perusahaan terkemuka di Prancis merupakan inovator yang menginovasi para perancang (designer), insinyur, manajer marketing. Perusahaan ini berkomitmen menyiapkan solusi tingkat dunia serta mendukung kerja sama pusat pertahanan dan luar angkasa secara langsung. (Ant/OL-9)




View the Original article

PT PAL Kerjakan 5 Kapal Pesanan Kemhan

on

31 Maret 2012


KCR-60 rancangan PT PAL (image : Kaskus Militer)

PT PAL Mulai Tangani Alusista

Mendapatkan nafas baru baik dalam bentuk dana bantuan maupun jajaran direksi, PT Penataran Angkutan Laut (PAL) Indonesia langsung menggenjot kinerjanya dengan menangani proyek-proyek yang telah mereka terima.

Menyerap instruksi dari kementrian BUMN, perusahaan galangan kapal terbesar di Indonesia ini fokus untuk menangani pesanan kapal dari kementrian pertahanan melalui Dinas Pengadaan TNI Angkatan Laut. Saat ini, kedua pihak mulai melaksanakan kesepakatan untuk membangun dua kapal tugboat (kapal tunda) dan tiga kapal cepat rudal (KCR).

Direktur Utama PT PAL Indonesia M. Firmansyah Arifin menyatakan, pembangunan lima kapal tersebut merupakan kelanjutan dari kontrak yang telah diteken 20 desember 2011 lalu. Seiring dengan pergantian jajaran direksi, proyek tersebut akhirnya bisa terproses.


KRI Leuser 924, kapal tunda samudera yang saat ini dioperasikan TNI juga merupakan produksi dalam negeri. (photo : TNI AL)

"Saat ini, kami sudah mulai memulai proses konstruksi kapal tunda pertama. Sedangkan kapal KCR sedang dalam tahap desain," jelasnya dalam acara first steel cutting kapal tugboat M276. Dengan kondisi ini, Firmansyah berharap kinerja PT PAL bisa terpacu.

Realisasi akhir kedua kapal ini, lanjut Firmansyah, ditarget pada juni 2013. " Sesuai kontrak, kapal tugboat pertama selesai april tahun depan sedangkan kapal kedua harus selesai di pertengahan juni tahun depan juga," ungkapnya.

Firmansyah merasa optimis bahwa perusahaannya bisa mencapai target waktu. "Menurut pengalaman, kami bisa mencapai tenggat waktu yang ada. Kami bukannya pertama kali membangun tugboat," tegasnya.(adn/jpnn/rum)




View the Original article

South China Sea Drives Regional Choices

on

02 April 2012


Singapore is planning to modernize the F-16s and is expected to choose the “V” upgrade Lockheed Martin unveiled at the Singapore Airshow last month. (photo : Raytheon)

The defense priority for Southeast Asian countries is monitoring and protecting their territories in the South China Sea in response to China’s increased assertiveness and claims to this region.
Chinese submarines, ships and aircraft patrol the area now, and many Southeast Asian nations fear China will build military installations on the islands, atolls and reefs, paving the way for it to exploit the oil and gas reserves under the seabed. China already has a permanent fort on Mischief Reef in the South China Sea.

The fact that China has such a large military has led all the coastal Southeast Asian nations—with the exception of Singapore—to conclude that they are inadequately equipped to protect their interests in the South China Sea. Each is now racing to invest in new fighters that will remain their mainstays beyond 2020. The importance of airborne early warning (AEW) aircraft and networked fighters has also caught on.

Singapore

Singapore, which has the largest defense budget of any Southeast Asian nation, has Gulfstream G550s equipped with ELTA Systems’ AEW mission suite. Its fighters include Lockheed Martin ­F-16s and Boeing F-15s. It is planning to modernize the F-16s and is expected to choose the “V” upgrade Lockheed Martin unveiled at the Singapore Airshow last month. This includes active, electronically scanned array (AESA) radar as well as data links allowing the F-16V to communicate with Lockheed Martin F-35s and F-22s. Singapore became a security cooperation participant on the F-35 program in 2003 and is expected to order the aircraft eventually.


Thailand

Thailand is widely expected to order another six Gripen fighters, bringing its fleet of the aircraft to 18. (photo : wing7rtaf)

No other Southeast Asian nation can afford all the equipment Singapore has, but some are seeking to develop similar capabilities. Thailand operates one Saab Erieye AEW aircraft and has one more on order. It has also received six Saab Gripen JAS 39C/Ds and ordered six more; first deliveries of the second tranche will start early next year. Equipment on its Gripens include Erics­son/GEC-Marconi PS-05/A pulse-doppler radar, RBS15 anti-ship missiles and the EWS 39 electronic warfare suite, the same suite used by the Swedish air force.

Thailand is widely expected to order another six Gripen fighters, bringing its fleet of the aircraft to 18. The country purchased Gripens to replace its Northrop F-5s based at Surat Thani air base because it is convinced of the merits of networked fighters. The Swedes argue that having better intelligence on your enemy’s whereabouts—through the use of Saab AEW—allows you to place fighters more effectively, creating an opportunity to defeat a larger enemy.

The networked solution is also being taken to the next level. Saab owns 40% of Thai company Avia Satcom, which has been tasked with developing a national tactical data link that will cover the AEW aircraft, Gripens and F-16s as well as the navy’s aircraft and ships. The Saab Erieye also works with Link 16, so it can feed data to U.S. platforms such as F-16s, but the advantage for Thailand in having a national data link is its control over the encryption.

Thailand is also undertaking a midlife upgrade of 18 F-16A/Bs. This involves installing: a more advanced mechanically scanned radar (Northrop Grumman APG-68V9), new friend-or-foe detection system (BAE Systems APX-113), electronic warfare management system (Terma ALQ-213), and system for protecting against enemy missiles (BAE ALE-47). Thai F-16s and Gripens are equipped with Raytheon’s AGM-65 Maverick air-to-surface missile and AIM-120 Amraam and AIM-9 Sidewinder air-to-air missiles.


Malaysia

Boeing announced a contract to upgrade the RMAF’s eight Hornets with improved GPS and “identification friend or foe interrogation” capabilities as well as a joint helmet-mounted cueing system - JHMCS (photo : Boeing)

Malaysia is planning to add AEW aircraft networked to fighters, too. It has been considering the Northrop Grumman E-2D as well as the Erieye radar mounted on Embraer EMB-145s.

The new fighters Malaysia plans to order will replace RSK MiG-29s based at Kuantan air base overlooking the South China Sea. Contending to meet the requirement are Saab’s Gripen JAS 39C/D and Gripen NG, Boeing’s F/A-18E/F Super Hornet, Eurofighter’s Typhoon and Dassault’s Rafale.

Malaysia already has eight older-variant Hornets so, in theory at least, it does not have to order many Super Hornets to form a squadron, as upgraded Hornets could work alongside the Super Hornets. The Boeing aircraft use many of the same weapons, too. At the Malaysia LIMA Airshow last December, Boeing announced a contract to upgrade the air force’s eight Hornets with improved GPS and “identification friend or foe interrogation” capabilities as well as a joint helmet-mounted cueing system (JHCS). The JHCS is needed because Malaysia is purchasing AIM-9X-2 Sidewinder missiles. The JHCS allows pilots to point an AIM-9X missile seeker and lock onto the target simply by looking at it.

The Rafale, like the Super Hornet, has been in active duty as a naval fighter. The maritime aspect is important, because the fighters at Kuantan air base are used to protect Malaysia’s South China Sea interests.

Indonesia


Indonesia wants to buy AEW aircraft that can be networked to the F-16s. (photo : Antara)

Indonesia also wants to protect its South China Sea territory. It is receiving 24 Lockheed Martin F-16C/Ds from the U.S. for free but will spend $750 million to upgrade these to the Block 52 standard, says the U.S. Defense Department. The modernization includes: friend-or-foe radar warning receivers (Raytheon ALR-69), modular mission computers, an electronic warfare management system (Terma ALQ-213), missile protection system (BAE ALE-47 countermeasures dispenser system), situational awareness data link and targeting pods.

In addition, the head of the Indonesian air force, Air Chief Marshal Imam Sufaat, told Aviation Week in February that the country wants to buy AEW aircraft that can be networked to the F-16s. It now has three Boeing 737-2X9 Surveillers equipped with side-looking airborne modular multimission radar.



View the Original article

Enam Super Tocano Dipastikan Tiba Agustus 2012

on Wednesday, April 4, 2012

03 April 2012

Pesawat EMB-314 Super Tucano buatan Embraer Brazil (photo : Air Warrior)

Malang - Enam pesawat EMB-314 Super Tucano buatan Brasil akan tiba pada Agustus 2012 di Pangkalan TNI Angkatan Udara Abdurahman Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur.Kepastian itu dikatakan Panglima Komando Operasi TNI-AU II (Pangkoopsau II), Marsekal Muda Ismono Widjajanto, di Malang usai upacara serah terima jabatan (Sertijab) Komandan Lanud (Danlanud) Abduracham Saleh, Selasa.

"Pengiriman pesawat buatan Brasil ini akan dilakukan secara bertahap, dan dari total 18 pesawat taktis yang dipesan, enam pesawat dipastikan tiba bulan Agustus 2012," katanya.

Sedangkan untuk penerbang yang akan mengawaki pesawat itu, akan diambilkan dari penerbang lama pesawat tempur taktis lama OV-10F Bronco yang ada di berbagai skadron udara.

"Kedatangan pesawat tempur Super Tocano ini akan menggantikan pesawat tempur taktis OV-10 F Bronco buatan North American Rockwell Amerika Serikat yang sudah dinyatakan grounded, dan tiba kali pertama ke Indonesia ketika itu tahun 1976," katanya.

Sementara itu, dengan adanya Komandan Lanud baru yakni Kolonel Pnb Gutomo SIP yang menggantikan Komandan Marsekal Pertama Agus Dwi Putranto yang menjadi Kepala Staf Komando Operasi (Kas Koops) TNI AU II, diharapkan mampu menjadi orang yang tepat dengan kedatangan pesawat ini.

"Memimpin Lanud Abdurahman Saleh membutuhkan orang yang tepat. Karena merupakan salah satu pangkalan induk yang memiliki peran penting dalam melaksanakan operasi militer perang maupun operasi militer selain perang," kata Ismono.

Dengan adanya peran penting itu, Lanud Abdurahman Saleh dipilih menjadi pangkalan yang menerima dan mengoperasikan pesawat Super Tucano.

"Dengan adanya total 18 pesawat Super Tocano, maka tugas Danlanud yang baru adalah harus menyiapkan sebanyak 27 pilot Super Tucano," katanya.

(Antara)



View the Original article